Senin, 23 Juli 2012

METODE SYARAH HADITS WASITH

METODE SYARAH HADIS WASITH


MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah:  Bashul Kutub Syarah Hadits
Dosen Pengampu: Bapak Ahmad Musyafiq, M.Ag











Disusun oleh:
Rohmat Waluyo                    084211024
Fadliyah                                 094211010
M. Siswoyo As                      084211020



FAKULTAS  USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
METODE SYARAH HADIS WASITH

I.       PENDAHULUAN
Metode merupakan salah satu ciri pokok yang membedakan ilmu dari pengetahuan biasa, setiap metode memiliki andil yang sangat besar dalam mempengaruhi naik turunnya perkembangan dan pengembangan ilmu tertentu, begitu juga dengan metode syarah hadis ini, yang merupakan hasil ijtihad ulama dalam memahami hukum islam yang kedua yakni hadis.
Syarah hadis sebagaimana tafsir Al-Qur’an adalah hasil ijtihad ulama memahami hadis sebagaimana mufassir berupaya memahami Al-Qur’an. Berbagai metode dan pendekatan dilakukan ulama untuk memahami sumber ajaran Islam yang kedua ini, hanya saja sedikit sekali masyarakat yang mengenali apalagi mempelajarinya. Tulisandalam makalah  berikut ini sedikit menggugah betapa kayanya hazanah penafsiran ulama terhadap hadis-hadis nabi Saw yang telah terhimpun di dalam beberapa kitab hadis, baik yang bersifat rinci (tafshîli), keterangan secukupnya (wasîthi) hingga yang paling ringkas (wajîz). Dalam pembahasan kali ini pemakalah akan mencoba menjelaskan secara sederhana sebagaimana tema tugas kami yang berhubungan dengan syarah hadis terutama (Wajiz).
Metode syarah hadis dalam perkembangannya memiliki beberapa model dimana pada model atau metode tersebut memiliki karakter serta desain tersendiri, diantara metode tersebut yakni metode syarah hdis wasith (penjelasan sederhana) yang mana seorang guru membacakan hadis nabi saw kemudian dikuti beberapa penjelasan oleh yang membacakan atau guru, untuk memahi lebih lanjut kami akan mencoba untuk menjelaskannya.
II.    RUMUSAN MASALAH
A.    Pengertian Syarah Wasith
B.     Unsur-unsur syarah hadis wasith
C.     Kelebihan dan kekurangan syarah hadis wasith
D.    Contoh kitab syarah metode wasith
III. Pembahasan
A.    Pengertian metode Syarah Hadis Wasith
Metode berasal dari bahasa Yunani Methodos yang berarti cara penyelidikan, cara melaksanakan sesuatu atau cara mencapai pengetahuan, sedangkan metode secara istilah merupakan cara sekaligus alat untuk memahami sesuatu dengan segala kelebihan dan kekurangannya, semakin kecil kekurangannya semakin tepat dalam memahaminya, begitu juga sebaliknya semakin banyak kekurangannya semakin jauh pula pemahaman yang diperoleh.[1]
Asy  syarah Al wasith (penjelasan sederhana) jadi, metode syarah wasith dapat kita artikan merupakan salah satu metode dimana seorang guru membacakan hadis nabi saw, kemudian dikuti beberpa penjelasan secukupnya tentang lafadz yang asing( Gharib ) dan susunan kalimat yang terkait, selanjutnya memberikan wacana pemikiran yang ringkas tentang diterima atau ditolaknya (maqbul mardudnya) rijal dari isnad yang ada, baru kemudian ia menjelaskan secara global beberapa faedah atau manfaat hadis tersebut baik sanadnya maupun matannya apabila hal itu dikehendaki untuk sekedar membantu bilamana murid masih menghadapi hal-hal yang musykil atau kesulitan-kesulitan yang tampak pada nash dengan menggunakan penjelasan-penjelasan yang telah ada sebelumnya dan telah dipegangi (dijadikan hujjah) oleh ulama’ pada umumnya.[2]
Ajjaaj al Khatib dengan mengutip pendapat imam Ahmad mensyaratkan orang yang membaca (qari’) mengetahui dan memahami apa yang dibaca, sementara syarat bagi syeikh dengan mengutip pendapat imam kharamain hendaknya yang ahli dan teliti ketika mendengar atau menyimak dari apa yang dibacakan oleh qari’ sehinggah tahrif maupun tashif dapat terhindarkan.[3]
Perlu diketahui adanya gharib dalam suatu hadis disebabkan
1.      Hanya diriwayatkan seorang Rawi.
2.      Disebabkan adanya penambahan dalam matan atau sanad.[4]
B.     Unsur-unsur Syarah hadis wasith
Syarah wasith didalam penyusunannya setidaknya harus memiliki            beberapa unsur sehingga ketika dia memiliki unsur tersebut  dia dapat dikategorikan syarah hadis dengan metode wasith, diantara unsur-unsur tersebut ialah;

1.      Tasykil
Tasykil yakni pemberian tanda baca berupa pemberian harakat secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu penjelasan lewat keterangan oleh penulis yang terdapat setelah sanad dan juga matan yang ditulis awalan.
2.      Mufrad
Mufrad yakni penjelasan kosa kata yang digunakan dalam sebuah hadis yang terdapat dalam kitab-kitab hadis.
3.      Penilaian
Penulis syarah akan memberikan penilaian terhadap rangkaian sanad dan matan sebuah hadis, disini penulis menjelaskan kedudukan seorang rawi satu dengan yang lainnya dan memberikan penilaian terhadap rawi-rawi yang ada juga para pensyarah yang tidak menjelaskan secara detail tentang penilaian seorang rawi, hanya menjelaskan beberapa atau salah satu rawi yang dianggap penting untuk dijelaskan kemudian menjelaskan tentang matan dari hadis tersebut, biasanya dengan menjelaskan, membandingkan dengan hadis-hadis yang senada dengan hadis tersebut sehingga akan mendapat kesimpulan mengenai kwalitas sebuah hadis.
4.      Pendapat
Dalam sebuah kitab syarah wasith terdapat beberapa pendapat dari para ulama’ terdahulu yang menilai hadis tersebut.
5.      Penjelasan kata-kata gharib
Dalam pensyarahan kitab-kitab hadis ada yang menerangkan kata-kata gharib yakni kata-kata yang tidak lazim digunakan dalam bahasa arab atau sukar dimengerti atau jarang digunakan (asing) sehingga penjelasan ini dianggap perlu agartidak terjadi penafsiran yang menyimpang dari maksud kandungan hadis tersebut.
6.      Tarjih
Setelah melakukan penilaian terhadap para rawi dan matan para pensyarah hadis biasanya akan mentarjih, yaitu memenagkan salah satu pendapat dari para ulama’ yang paling kuat.
Umumnya syarah hadis Wasith, sedangkan dalam menganalisa metode pensyarahan, dibawah ini kami hasil kami paparkan matan kitab syarah yang ada sesuai dengan klasifikasi metode syarah hadits:
a.       Pada klasifiksi bunyi lafaz (harf wa syakl)
b.      Penjelasan kaedah bahasa (nahw wa sharf)
c.       Penjelasan arti kamus (ma’na lughawi)
d.      Penjelasan arti istilah atau maksut (ma’na Ishthilahi)[5]
C.    Kelebihan dan kekurangan metode wasith
Setiap metode pasti mempunyai keunggulan serta kelebihannya sendiri-sendiri begitu
Pula dengan metode syarah hadis wasith, diantara kelebihan metode syarah hadis wasith adalah:
Metode syarah hadis wasith lebih jelas dibandingkan dengan metode syarah hadis wajiz karena pada metode ini terdapat penjelasan kata-kata gharib serta adanya tarjih.
Penjelasannya tidak bertele-tele
Cara ini lebih mudah dibandingkan dengan syarah at tafsili.[6]
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah:
Tidak adanya istinbat
Pendapat yang dikemukakan masih terbatas.
D.    Contoh kitab syarah wasith
Beberapa kitab dibawah ini merupakan kitab yang menggunakan metode pensyarahan wasith.
Tuhfa al ahwadzi syarh jami’ at turmudzi karya Abu ali Muhammad abdirrahman bin abdirrahim al Mubarak turi(1283-1353)
Ibanah al Ahkam bi syarah bulugh al maram karya Alwi Abbas al maliki dan hasan sulaiman an Nawawi.[7]
Kemudian diantara contoh kitab yang menggunakan pisau wasith adalah kitab Nail Al-Authar karya Imam Al-Syaukani. Kitab ini disusun oleh Abu al-Barakat Majdudin Abdussalam Ibn Abdillah ibn Abi al-Qasim ibn Muhammad, yang dikenal dengan “Ibnu Taimiyah”. Kitab disusun berdasarkan sejumlah metode khusus oleh pengarangnya:
1.)    Menghimpun hadits ahkam
2.)    Meringkas dari kutub sunan tujuh
3.)    Jarang melampaui dari kutub sab’ah
4.)    Meringkas hadits marfu’
5.)    Menyandarkan hadits dengan tema fiqih, menuturkan kitab
6.)    Menyatakan hadits dengan takhrij dari para imamnya
7.)    Tidak membicarakan derajat hadits dari shahih, dlaif, atau lainnya kecuali dibicarakan salah seorang imam yang kemudian dinukilkannya.[8]
IV. KESIMPULAN
Metode syarah wasith merupakan salah satu metode yang digunakan dalam mensyarahi hadis, metode ini tegolong metode sederhana karaena pada metode ini guru hanya membacakan hadis nabi saw kemudian diikuti beberapa penjelasan secukupnya.
Syarah wasith memiliki beberapa unsur dimana unsur tersebut sangat mempunyai  posisi yang  penting karena dengan adanya unsur ini metode wasith dapat dibedakan dengan metode yang lainnya, unsur-unsur tersebut yakni: tasykil, mufrad, penilaian, pendapat, penjelasan kata-kata gharib,tarjih.
Kelebihan metode syarah hadis wasith; metode syarah hadis wasith ini lebih jelas, tidak bertele-tele, lebih mudah, sedangkan kekurangannya adalah tidak adanya istinbat, pendapat yang dikemukakan terbatas.
Contoh kitab yang menggunakan metode syarah wasith adalah Tuhfa al ahfadzi syarh jami’ at turmudzi, ibanah al ahkam bi syarh bulugh al maram.
V.    PENUTUP
Demikianlah catatan yang dapat kami urai dalam makalah ini, kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita dan dapat bermanfaat bagi kita semua.



DAFTAR PUSTAKA
Jurnal teologia, vol 19 No 1 Januari 2008 hal 340
Suryadi, Metodologi Ilmu Rijal  Hadis, Yogyakarta: Madani Pustaka, 2003.
Ulama’i, Hasan Asy’ari,  Metode Tematik Memahami Hadis Nabi SAW, Semarang: IAIN Walisongo, 2008.


[1] Suryadi, Metodologi Ilmu Rijal  Hadis, Yogyakarta: Madani Pustaka, 2003
[2] Jurnal teologia, vol 19 No 1 Januari 2008 hal 340
[3] Hasan Asy’ari Ulama’I,  Metode Tematik Memahami Hadis Nabi SAW, Semarang: IAIN Walisongo, 2008, hal 66
[4] Op cit hal 341
[5] A. Hasan asy’ari Ulama’I, Sejarah  dan tipologi Syarah Hadits, teologi, volume 19, Nomor 2, juli 2008.
[6] Hasan Asy’ari Ulama’I, Jurnal teologia vol 19 No 2 juli 150
[7] Op cit hal126
[8]  Di  kutip dari makalah saudara M.faizun dan Siti Khomsiyatun, Nailul Athar (selasa, 2o.12.2011) hal. 3-4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar