Minggu, 21 Oktober 2012

ABOUT JIN (PART 2)


ABOUT JIN (PART 2)
baca part 1 silahkan klik --->> ABOUT JIN PART 1
Makanan dan Minuman Jin
Jin sebagaimana manusia memiliki kebutuhan makan dan minum, adapun makanannya adalah Tulang dan tinja (kotoran hewan/binatang) dengan tangan kiri, sebagaimana hadits berikut:
لكم كل عظم ذكر اسم الله عليه يقع فى أيديكم أوفر ما يكون لحما وكل بعرة علف لدوابكم فلا تستنجوا بها فإنها طعام إخوانكم
Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallammenjawab: “Makanan kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama Allah serta semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian”. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian melanjutkan sabdanya: “Oleh karena itu, janganlah kalian (para shahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah makanan sudara kalian (golongan jin)” (HR. Muslim).
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ
Artinya: “Dari Ibnu Umar bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya, dan apabila ia minum, maka minumlah dengan tangan kanannya, karena syaitan makan dan minum dengan tangan kirinya” (HR. Muslim).
عن جابر أنه سمع النبي صلى الله عليه و سلم يقول : إذا دخل الرجل بيته فذكر الله عز و جل عند دخوله وعند طعامه قال الشيطان لا مبيت لكم ولا عشاء وإذا دخل فلم يذكر الله عند دخوله قال الشيطان أدركتم المبيت وان لم يذكر الله عند طعامه قال الشيطان أدركتم المبيت والعشاء
Artinya: “Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila seseorang masuk rumah, lalu ia menyebut nama Allah ketika masuk (rumah) dan ketika makan, maka syaitan akan berkata (kepada sesama syaitan lainnya): “Kalian tidak dapat menginap dan tidak bisa makan malam”. Namun apabila ia masuk rumah, dan tidak menyebut nama Allah (berdoa) ketika masuk dan makannya, syaitan akan berkata: “Nah, sekarang kalian bisa menginap dan bisa makan malam” (HR. Muslim).
Jin menikah dan berketurunan
Sebagaimana halnya manusia, jin pun melakukan pernikahan dan berketurunan. Sebagaimana disebutkan dalam ayaat dan hadits berikut;
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاء مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedangkan mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zhalim ” (Qs Al-Kahfi 18: 50).
Didalam ayaat ini Allah Ta’ala berfirman: “…Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya,…”. 
Kata turunan-turunannya didalam ayaat ini menunjukkan bahwa memang jin itu melahirkan dan berketurunan. Sekaligus juga menunjukkan bahwa jin itu juga menikah, karena tidak mungkin adanya keturunan kalau tidak menikah (jima) sebelumnya. Dalil lain yang mengatakan bahwa jin juga menikah adalah firman Allah berikut ini:
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
Artinya: “Tidak pernah “disentuh” oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni jannah yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin” (Qs Ar-Rahman 55: 56).
Kata thamts yang terdapat pada kata yathmitshunna dalam ayaat di atas, dalam bahasa Arab artinya adalah jima’ (menikah). Ini menunjukkan bahwa jin itu juga menikah. Bahkan, dalam sebuah riwayat dikatakan:
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : إن الله جزأ الإنس والجن عشرة أجزاء فتسعة منهم الجن والإنس جزء واحد فلا يولد من الإنس ولد إلا ولد من الجن تسعة
Artinya: “Abdullah bin Umar berkata: “Sesungguhnya Allah membagi manusia dan jin itu ke dalam sepuluh bagian: sembilan bagian adalah jin dan satu bagian adalah manusia. Tidak seorangpun manusia yang melahirkan seorang anak, kecuali jin melahirkan 9 anak” (HR. Ibnu Abdil Barr, Ibnu Jarir, Hakim dan Ibnu Abi Hatim).
Dan khusus untuk Iblis setiap lahir anak Adam maka iblis berketurunan sepuluh anak iblis, sebagaimana hadits berikut;
عن ثابت قال : ( بلغنا أن إبليس قال : يا رب إنك خلقت آدم وجعلت بيني وبينه عداوة فسلطني على أولاده ؟ فقال : صدورهم مساكن لك . قال : يا رب زدني ؟ قال : لا يولد لآدم ولد إلا ولد لك عشرة قال : يا رب زدني ؟ قال : ) وَأَجْلِبْ عَلَيْهِم بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِى الأٌّمْوَالِ وَ الأٌّوْلَادِ ( [ الإسراء : 64 ]
Dari tsabit berkata, Telah sambai berita pada kami bahwa iblis bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menciptakan Adam dan Engkau menjadikannya antara aku dengan dia sebagai musuh, maka berilah aku bagian untuk bisa menguasai keturunannya?” Allah menjawab: “Dada-dada mereka tempat tinggal kamu”, Iblis berkata: “Tambahlah buatku?” Allah menjawab: “Tidaklah lahir seorang manusia kecuali bersamaan dengannya sepuluh anakmu”, Iblis berkata” “Tambah lagi, ya Tuhanku?” “kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka” (Al-Isra 17: 64).
Hadits di atas di samping mengisyaratkan bahwasannya jin itu memang melahirkan dan menikah, juga menunjukkan bahwa jumlah jin jauh lebih banyak dari pada jumlah manusia. Karena setiap kali manusia melahirkan satu orang anak, maka jin dapat melahirkan sembilan anak.
Kematian Jin
Jin adalah makhluk yang memiliki jiwa (mempunyai ruh), maka sama saja halnya dengan manusia, jin pun akan mengalami kematian. Namun dari sebagian golongan jin hanya Iblis lah yang diberi tangguh kematiannya sampai hari manusia dibangkitkan. Sedangkan yang lainnya kematiannya sama dengan manusia tetapi usianya jauh lebih panjang dari umur manusia.
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan” (QS. Ar-Rahman 55: 26-27).
Di samping ayaat ini, ada hadits yang mengatakan bahwa jin atau syaitan juga akan mati. Hadits dimaksud adalah sebagai berikut:
عن بن عباس أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يقول أعوذ بعزتك الذي لا إله إلا أنت الذي لا يموت والجن والإنس يموتون
Artinya: “Dari Ibnu Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Aku berlindung dengan kegagahan-Mu, yang tidak ada Tuhan selain Engkau, yang tidak akan mati, sementara jin dan manusia semuanya akan mati” (HR. Bukhari).
Kemampuan dan kelebihan Jin
Allah memberikan kelebihan dan kemampuan khusus kepada jin yang tidak diberikan kepada manusia. Di antara kemampuan dan kelebihan jin tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dapat bergerak dan berpindah dengan cepat
Artinya: “Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI-Kitab “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia” (Qs An-Naml: 39-40).
 2. Dapat mengetahui masalah-masalah yang belum terjadi sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Sebelum Rasulullah diutus, jin seringkali naik ke atas langit untuk mendengarkan kabar-kabar yang akan terjadi di dunya. Begitu mendengar kabar tersebut, mereka langsung menginformasikannya kepada para dukun dan tukang ramal. Oleh karena itu, sebelum Rasulullah Saw diutus, tukang ramal dan dukun seringkali tepat dalam memberikan jawaban dan ramalannya. Akan tetapi begitu Rasulullah Saw diutus, penjagaan di langit diperketat sehingga jin tidak lagi dapat mendengar informasi dan berita apapun. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surah al-Jin ayaat 8-9:
Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang (Yang dimaksud dengan “sekarang”, ialah waktu sesudah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus menjadi rasul) barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)”. (QS. Al-Jin ayaat 8 dan 9).
Oleh karena itu, sejak diutusnya Rasulullah sampai sekarang, jangankan dapat mendengar berita langit, mendekatinya saja tidak bisa. Untuk itu, apa yang dikatakan oleh para dukun dan tukang ramal, tidak pernah benar, tapi bohong belaka. Seandainya ada jin yang mengatakan bahwa akan terjadi nanti ini dan itu, maka ketahuilah bahwa dia telah berbohong. Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, haram hukumnya seseorang datang bertanya kepada dukun dan tukang ramal. Karena bukan saja apa yang dikatakan tukang ramal itu bohong, tapi juga hal demikian akan melemahkan keimanan seseorang bahkan termasuk perbuatan syirik.
Bagaimana dengan kenyataan, bahwa terkadang ramalan dan ucapan tukang ramal tersebut betul dan nyata? Hal ini pernah disampaikan juga oleh Siti ‘Aisyah kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Perhatikan hadits berikut ini:
قالت سأل رسول الله {صلى الله عليه وسلم} ناسٌ عن الكهان فقال ليس بشيء فقالوا يا رسول الله {صلى الله عليه وسلم} إنهم يحدثوننا أحياناً بشيء فيكون حقاً فقال رسول الله {صلى الله عليه وسلم} تلك الكلمة من الحق يخطفها الجني فيقرها في أذن وليه فيخلطون معها مائة ً كذبة
Artinya: “Aisyah berkata, sekelompok orang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang para dukun. Rasulullah menajawab: “Mereka itu tidak mengetahui sesuatu apapun”. Mereka bertanya kembali: “Tapi Rasulullah, terkadang apa yang mereka katakan adalah benar dan nyata?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kembali: “Ucapannya yang betul itu lantaran dibisikkan oleh jin. Ia membisikkannya ke telinga temannya (dukun) seperti berkoteknya ayam betina, dan mereka mencampuradukannya dengan seratus kebohongan (maksudnya, yang betulnya satu tapi bohongnya seratus bahkan lebih)” (HR. Bukhari).
Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, seseorang dilarang untuk terlebih mempercayai perkataan dukun, datangnya saja sudah berdosa. Rasulullah bersabda:
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال * من أتى عرافا فسأله عن شيء لم تقبل له صلاة أربعين ليلة
Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang datang kepada juru ramal, dukun, lalu bertanya tentang sesuatu, maka sholatnya tidak akan diterima selama 40 malam” (HR. Muslim)
 عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ ».
 Artinya: ” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang datang kepada juru ramal, dukun, untuk bertanya tentang sesuatu, lalu membenarkan dan mempercayai apa yang dikatakannnya, maka sungguh ia telah keluar dari ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad” (HR. Ahmad).
Bukti lain bahwa jin tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui perkara yang ghaib sebagaimana terlukis dalam surah al-saba 34: 14
Artinya: “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan” (QS. Saba 34: 14).
3. Jin lebih dahulu mengetahui teknologi
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa Allah menundukkan golongan jin kepada Nabi Sulaiman. Mereka taat dan patuh kepadanya termasuk bersedia untuk memindahkan singgasana kerajaan Ratu Bilqis. Karena kerja mereka yang berat dan banyak, tentu mereka memerlukan kemampuan-kemampuan dan kecerdasan dan kemahiran luar biasa. Hal ini sebagaimana terekam dalam firman Allah surah Saba ayaat 12-13:
artinya: “Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih” (QS. Saba 34: 12-13).
Berdasarkan dari ayat di Atas, Umar Sulaiman Abdullah bin al-Asyqar dalam bukunya Alamul Jinn was Syayathin, berpendapat bahwa sejak dahulu jin sudah mengenal tekhnologi canggih semisal radio dan televisi. Bahkan, Ibnu Taimiyyah sendiri dalam al-Majmu’nya mengatakan bahwa “Menurut sebagian ulama yang dapat berkomunikasi dengan jin menuturkan bahwa sejak dahulu jin sudah dapat membuat kawat dan kaca, kemudian mereka sampaikan kepada manusia dan manusia mengikutinya” (lihat dalam Majmu al-Fatawa karya Ibnu Taimiyyah: 11/309).
4. Jin dapat berubah-rubah bentuk
IBLIS!
IBLIS!
Di antara kemampuan jin (syaitan) lainnya adalah mereka dapat berubah wujud; terkadang berwujud manusia dan terkadang pula berwujud hewan. Hal ini telah terjadi pada masa perang Badar, dimana syaitan (jin kafir) berwujud dalam bentuk Suraqah bin Malik, dan ia menjanjikan kepada orang-orang musyrik bahwa mereka akan dapat memengkan pertempuran melawan orang Islam. Akan tetapi ketika pertempuran telah terjadi dan malaikat turun dari langit untuk membantu kaum muslimin, syaitan yang menjelma dalam wujud Suraqah bin Malik tadi lari tunggang langgang. Hal ini terekam dalam al-Qur’an surah al-Anfal ayaat 48:
Artinya: “Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu”. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah”. Dan Allah sangat keras siksa-Nya (QS. Al-Anfal 8: 48).
Dalam hadits riwayat Imam Bukhari juga dikisahkan bahwa jin kafir (syaitan) pernah datang menghadap Abu Hurairah dalam wujud manusia. Berikut terjemahan hadits dimaksud: “Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menugaskan saya untuk menjaga harta zakat pada bulan Ramadhan. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki melihat-lihat makanan dan langsung mengambilnya. Saya lalu berkata: ‘Jangan dulu mengambil, sebelum saya sampaikan ihwal kamu kepada Rasulullah!’. Laki-laki itu menjawab: ‘Saya orang yang sudah berkeluarga dan saat ini betul-betul sedang membutuhkan makanan untuk keluarga saya’. Mendengar itu saya pun akhirnya mengijinkan dia untuk mengambil makanan itu. Ketika pagi tiba, Rasulullah bersabda: ‘Wahai Abu Hurairah apa yang kamu lakukan kemarin?’ Saya menjawab: ‘Wahai Rasulullah, seorang laki-laki mengadukan kesusahan keluarganya dan dia memohon harta zakat saat itu juga, lalu saya persilahkan dia mengambilnya’. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu bersabda kembali: ‘Dia telah mengelabui kamu, wahai Abu Hurairah, dan besok akan kembali lagi’. Tahu dia akan kembali lagi, keesokan harinya saya mengawasinya secara teliti dan ternyata betul apa yang disampaikan Rasulullah, ia telah berada di ruang harta zakat sambil memilih-milih harta zakat yang terkumpul lalu ia mengambilnya. Melihat itu, saya berkata kembali: ‘Jangan dulu kamu mengambil harta itu sampai ada izin dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam!’. Laki-laki itu menjawab: ‘Saya betul-betul sangat membutuhkan makanan itu sekarang, keluarga saya kini sedang menunggu menahan lapar. Saya berjanji tidak akan kembali lagi esok hari’. Mendengar itu, saya merasa kasihan dan akhirnya saya persilahkan kembali dia mengambil harta zakat. Keesokan harinya Rasulullah bertanya kembali: ‘Apa yang kamu lakukan kemarin, wahai Abu Hurairah?’ Saya menjawab: ‘Orang kemarin datang kembali dan meminta harta zakat. Karena keluarganya sudah lama menunggu kelaparan, akhirnya saya kembali mengijinkan dia mengambil harta zakat tersebut’. Mendengar itu, Rasul bersabda kembali: ‘Dia telah membohongi kamu dan esok hari akan kembali untuk yang ketiga kalinya’. Besoknya ternyata laki-laki itu kembali lagi dan seperti biasa dia mengambil harta zakat yang sudah terkumpul di dalam gudang. Melihat itu, saya berkata kembali: ‘Jangan mengambil dahulu, saya akan memohon ijin kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terlebih dahulu. Bukankah kamu kemarin berjanji tidak akan kembali lagi tapi mengapa kini kembali juga?’ Laki-laki itu menjawab: ‘Ijinkanlah untuk yang terakhir kalinya saya mengambil harta zakat ini dan sebagai imbalannya saya akan ajarkan kepada kamu sebuah kalimat yang apabila kamu membacanya Allah akan selalu menjaga kamu serta kamu tidak akan disentuh dan didekati oleh Syaitan sehingga pagi hari’. Saya merasa tertarik dengan ucapannya lalu saya menanyakan kalimat apa itu. Dia menjawab: ‘Apabila kamu hendak tidur, jangan lupa membaca ayaat kursiy terlebih dahulu karena dengannya Allah akan menjaga kamu dan kamu tidak akan didekati oleh syaitan sehingga pagi tiba’. Kali ini saya pun mengijinkannya mengambil harta zakat. Keesokan harinya Rasulullah kembali menanyakan apa yang telah saya lakukan kemarin dan saya katakan: ‘Ya Rasulullah, saya terpaksa membolehkannya kembali mengambil harta zakat setelah dia mengajarkan saya kalimat yang sangat bermanfaat dan berfaidah’. Rasul lalu bertanya kembali: ‘Kalimat apa yang diajarkannya?’ Saya menjawab bahwa dia mengajarkan ayaat Kursyi dari awal sampai akhir dan dia katakan bahwa kalau saya membacanya Allah akan menjaga saya sampai pagi hari. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu bersabda: ‘Kini apa yang dia sampaikan betul namun tetap dia sudah berhasil mengelabui kamu dengan mengambil harta zakat. Tahukah kamu siapa laki-laki yang mendatangi kamu tiga kali itu?’ Saya menjawab: ‘Tidak, saya tidak tahu’. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kembali bersabda: ‘Ketahuilah bahwasannya dia adalah syaitan’!”". (Hadits Riwayat Bukhari).
Selain dalam wujud manusia, jin (syaitan) juga dapat berwujud dalam bentuk hewan dan binatang seperti unta, anjing, keledai, ular, sapi atau kucing. Akan tetapi dari sekian banyak binatang, yang paling sering dipakai oleh jin adalah dalam bentuk anjing dan kucing hitam. Dalam hal ini Rasululullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
فقال الكلب الأسود شيطان
Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Anjing hitam adalah setan” (HR. Muslim).
Dalam hal ini, Ibnu Taimiyyah juga bertutur: “Anjing hitam adalah syaitannya anjing. Dan jin seringkali berwujud dalam wujud anjing hitam ini. Demikian juga dengan kucing hitam. Hal ini dikarenakan warna hitam adalah warna yang paling disukai oleh syaitan karena mengandung kehangatan.”
Sedangkan wujud yang umum jin yang mendiami rumah adalah ular . Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah Saw mengingatkan agar tidak sembarangan membunuh ular yang didapati di dalam rumah, karena boleh jadi ular tersebut bukan ular sesungguhnya akan tetapi ular jelmaan dari jin. Dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa apabila mendapatkan ular di dalam rumah, maka biarkan selama tiga hari. Apabila dalam waktu tiga hari masih ada, maka bunuhlah karena dia ular biasa, bukan ular jelmaan jin. Hadits dimaksud adalah sebagai berikut:
قَالَ « إِنَّ بِالْمَدِينَةِ جِنًّا قَدْ أَسْلَمُوا فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهُمْ شَيْئًا فَآذِنُوهُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَإِنْ بَدَا لَكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فَاقْتُلُوهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ ».
Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya di Madinah ada seorang jin yang sudah masuk Islam. Apabila kalian melihat sesuatu (maksudnya binatang atau sejenisnya) maka biarkanlah (jangan dibunuh) selama tiga hari. Apabila setelah tiga hari masih ada dan nampak, maka bunuhlah karena dia itu adalah syaitan” (HR. Muslim).
Dalam riwayat yang lain;
عن بن عباس عن النبي صلى الله عليه و سلم قال الحيات مسخ الجن كما مسخت القردة والخنازير من بني اسرائيل
Artinya: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Ular-ular itu adalah jin yang mengubah rupa dan bentuknya sebagaimana Bani Israil yang berubah bentuk menjadi rupa monyet dan babi” (HR. Thabrany dengan sanad yang sahih).
Kelemahan-kelemahan Jin
Meskipun jin dan syaitan memiliki kemampuan-kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia, akan tetapi al-Qur’an dengan tegas mengatakan bahwa hakikatnya syaitan dan tipu dayanya itu adalah lemah. Berikut adalah beberapa macam kelemahan jin , di antaranya:
1. Tidak bisa mengalahkan orang-orang sholeh.
Bukti bahwa syaitan atau jin tidak akan dapat mengalahkan orang sholeh adalah perkataan syaitan sendiri ketika berdialog dengan Allah dalam surah al-Hijr ayaat 39-
Artinya: “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka”. (QS. Al-Hijr 15: 39-40).
Dari ayaat ini dapat dipahami bahwa yang menyebabkan syaitan itu dapat menguasai seseorang adalah karena perbuatan dosanya. Ketika seseorang itu dekat dengan Allah, maka syaitan pun akan lari dan tidak akan pernah berani mendekatinya apalagi menguasainya.
2. Syaitan takut dan lari oleh sebagian hamba Allah
Apabila seseorang betul-betul memegang ajaran agamanya dengan benar serta menancapkan keimanannya dengan tangguh, maka syaitan pun akan takut dan lari. Hal ini misalnya terdapat pada diri Umar bin Khattab. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Turmudzi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada Umar: “Sesungguhnya syaitan sangat takut olehmu, wahai Umar.” (HR. Turmudzi). 
Bukan hanya kepada Umar, akan tetapi syaitan (jin kafir) juga akan takut oleh orang-orang beriman yang betul-betul dengan keimanannya. Dalam al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir pernah mengutip sebuah hadits berikut ini:
عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم?قال : إن المؤمن لينصي شيطانه كما ينصي أحدكم بعيره في السفر
 Artinya: “Sesungguhnya orang mukmin akan dapat mengendalikan (mengalahkan) syaitannya sebagaimana salah seorang dari kalian yang dapat mengendalikan untanya ketika bepergian” (HR. Ahmad).
Bahkan, apabila seseorang betul-betul dan terus menerus taat dan sholeh, ia dapat membawa qarinnya (penyertanya, karena setiap manusia itu pasti disertai oleh syaitan (jin kafir) di sebelah kirinya dan malaikat di sebelah kanannya atau sering disebut dengan qarin) masuk Islam. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim berikut ini:
عن عبد الله قال قال رسول الله {صلى الله عليه وسلم} ما منكم من أحدٍ إلا وقد وكل به قرينه من الجن وقرينه من الملائكة قالوا وإياك يا رسول الله قال وإياي ولكن الله أعانني عليه فأسلم فلا يأمرني إلا بخير
Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak ada seorangpun kecuali ia disertai oleh seorang qarin (penyerta) dari jin dan seorang qarin (penyerta) dari malaikat”. Para shahabat bertanya: “Apakah termasuk Anda juga, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Ya termasuk saya, hanya saja Allah menolong saya sehingga jin itu masuk Islam. Ia (jin tadi) tidak pernah menyuruh saya kecuali untuk kebaikan” (HR. Muslim).
 3. Jin takluk dan taat kepada Nabi Sulaiman.
Di antara mukjizat Nabi Sulaiman adalah dapat menaklukan jin dan syaitan sehingga semuanya dapat bekerja atas perintahnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam ayaat al-Qur’an berikut ini dalam surah Shad ayaat 36-38:
Artinya: “Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu” (QS. Shad ayaat 36-38).
Mukjizat ini diberikan kepada Nabi Sulaiman sebagai pengabulan atas doanya yang mengatakan:
Artinya: “Dan berikanlah kepadaku kerajaan yang tidak diberikan kepada seseorang setalahku!” (QS Shad 38: 35).
Doa Nabi Sulaiman inilah yang menyebabkan Rasulullah tidak jadi untuk mengikat jin yang datang dengan melemparkan anak panah ke muka beliau. Dalam sebuah hadits Muslim dikatakan:
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعْنَاهُ يَقُولُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ ثُمَّ قَالَ أَلْعَنُكَ بِلَعْنَة اللَّهِ ثَلَاثًا وَبَسَطَ يَدَهُ كَأَنَّهُ يَتَنَاوَلُ شَيْئًا فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ الصَّلَاةِ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ سَمِعْنَاكَ تَقُولُ فِي الصَّلَاةِ شَيْئًا لَمْ نَسْمَعْكَ تَقُولُهُ قَبْلَ ذَلِكَ وَرَأَيْنَاكَ بَسَطْتَ يَدَكَ قَالَ إِنَّ عَدُوَّ اللَّهِ إِبْلِيسَ جَاءَ بِشِهَابٍ مِنْ نَارٍ لِيَجْعَلَهُ فِي وَجْهِي فَقُلْتُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قُلْتُ أَلْعَنُكَ بِلَعْنَةِ اللَّهِ التَّامَّةِ فَلَمْ يَسْتَأْخِرْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ أَرَدْتُ أَخْذَهُ وَاللَّهِ لَوْلَا دَعْوَةُ أَخِينَا سُلَيْمَانَ لَأَصْبَحَ مُوثَقًا يَلْعَبُ بِهِ وِلْدَانُ أَهْلِ الْمَدِينَةِ
” Dari Abu Darda berkata : “Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bangun, tiba-tiba kami mendengar Rasulullah mengatakan: “Aku berlindung kepada Allah darimu”, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga berkata: “Allah telah melaknatmu” sebanyak tiga kali. Rasulullah lalu menghamparkan tangannya seolah-olah beliau sedang menerima sesuatu. Ketika Rasulullah selesai sholat, kami bertanya: “Wahai Rasulullah, kami mendengar anda mengatakan sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya. Kami juga melihat anda membukakan kedua tangan anda”. Rasulullah menjawab: “Barusan Iblis, musuh Allah datang membawa anak panah api untuk ditancapkan di muka saya, lalu aku berkata: “Aku berlindung kepada Allah darimu” sebanyak tiga kali, kemudian saya juga berkata: “Allah telah melaknatmu dengan laknat yang sempurna” sebanyak tiga kali. Kemudian saya bermaksud untuk mengambilnya. Seandainya saya tidak ingat doa saudara kami, Sulaiman, tentu saya akan mengikatnya sehingga menjadi mainan anak-anak penduduk Madinah” (HR. Muslim).
4. Jin atau syaitan tidak dapat menyerupai Rasulullah
Syaitan dan jin tidak dapat menyerupai bentuk dan muka Rasulullah Saw. Oleh karena itu, apabila seseorang bermimpi melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka ia sungguh telah melihatnya. Dalam hadits shahih dikatakan:
أبا هريرة يقول قال رسول صلى الله عليه و سلم : من رآني في المنام فقد رآني إن الشيطان لا يتمثل بي
Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang bermimpi melihatku, maka dia sungguh telah melihatku, karena syaitan tidak dapat menyerupaiku” (HR. Muslim).
5. Jin dan syaitan tidak dapat melewati batas-batas tertentu di langit
Sekalipun jin dan syaitan mempunyai kelebihan dapat bergerak dengan cepat, akan tetapi mereka tidak akan dapat melewati batas-batas yang sudah ditetapkan yang tidak dapat dilalui selain oleh para malaikat. Karena apabila mereka berani melewatinya, maka mereka akan binasa dan hancur. Karena itu pula, jin tidak dapat mengetahui dan mencuri informasi dari langit sehingga apa yang dibisikkannya ke tukang-tukang ramal dan dukun adalah kebohongan semata. Untuk lebih jelasnya akan hal ini, dapat dilihat dalam surah al-Rahman ayaat 33-35).
6. Jin tidak dapat membuka pintu yang sudah ditutup dengan menyebut nama Allah
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
أغلقوا الأبوابَ واذكروا اسمَ اللهِ فإنَّ الشيطانَ لا يفتحُ بابا مُغْلَقا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ ولو أن تَعْرُضُوا عليه شيئا وأطفِئُوا مصابيحَكم
 Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tutuplah pintu-pintu, dan sebutlah nama Allah (ketika menutupnya), karena syaitan (jin) tidak akan membuka pintu yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah. Tutup jugalah tempat air minum (qirab dalam bahasa Arab adalah tempat menyimpan air minum yang terbuat dari kuit binatang) dan bejana-bejana kalian (untuk masa sekarang seperti lemari, bupet, kulkas dan lainnya) sambil menyebut nama Allah, meskipun kalian hanya menyimpan sesuatu di dalamnya dan (ketika hendak tidur), matikanlah lampu-lampu kalian!” (Hadits Riwayat Muslim).
Takutnya Jin
Jin dan manusia memiliki perbedaan derajat. Manusia lebih tinggi derajatnya daripada jin. Karena itulah sebenarnya jin sangat takut pada manusia. Namun karena jin berhasil menakut-nakuti manusia maka manusia menjadi takut pada jin. Sebagai seorang muslim seharusnya kita tidak boleh takut oleh jin, tetapi kita pun tidak menangtang jin, namun jika jin mengganggu manusia sudah sewajarnya manusia untuk melawannya,
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءهُ فَلاَ تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
 Artinya: “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (QS. Ali Imran 3: 175).
عن مجاهد قال الشيطان أشد فرقا من أحدكم منه فإن تعرض لكم فلا تفرقوا منه فيركبكم ولكن شدوا عليه فإنه يذهب
 Artinya: “Mujahid berkata: “Syaitan itu sebenarnya sangat takut oleh salah seorang dari kalian (manusia). Oleh karena itu, apabila kamu mendapatinya, janganlah takut karena kalau takut, ia akan menunggangi kalian (mengganggu kalian), akan tetapi kerasi (kasarilah), pasti ia akan pergi”. (Riwayat Ibnu Abi Dunya)
Artinya: “Mujahid berkata: “Sesungguhnya syaitan dan jin kafir itu takut oleh kalian sebagaimana kalian takut oleh mereka” (Riwayat Ibnu Abi Dunya)
عن مجاهد قال بينا انا ذات ليلة أصلي إذ قام مثل الغلام بين يدي قال فشددت عليه لآخذه فقام فوثب فوقع خلف الحائط حتى سمعت وقعته فما عاد إلي بعد ذلك
 Artinya: “Imam Mujahid berkata: “Suatu malam ketika saya sedang melaksanakan sholat, tiba-tiba muncul makhluk sebesar anak laki-laki di hadapan saya. Lalu saya desak dia untuk ditangkap. Akan tetapi ia bangun dan lompat ke belakang dinding sehingga saya mendengar jatuhnya. Setelah itu, ia tidak penah datang lagi” (Riwayat Ibnu Abi Dunya).
Tertawa dan Menangisnya Jin
Didalam sebuah hadits dikatakan bahwa syaitan (jin) akan tertawa ketika seseorang menguap dengan mengeluarkan suara misalnya; “euuuay” atau “haaaa”. Hadits bahwa syaietan tertawa adalah:
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : إن الله يحب العطاس ويكره التثاؤب فإذا عطس فحمد الله فحق على كل مسلم سمعه أن يشمته وأما التثاؤب فانما هو من الشيطان فليرده ما استطاع فإذا قال هاه ضحك منه الشيطان
 Artinya: “Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Apabila seseorang bersin lalu mengucapkan al-hamdulillah, maka muslim yang mendengarnya harus mendoakannya. Adapun menguap datangnya dari syaitan, karenanya tahanlah sedapat mungkin. Apabila ia menguap terus keluar suara “haaa”, maka syaitan akan tertawa!” (HR. Bukhari dan lainnya).
Sementara syaitan akan menangis ketika seseorang membaca surah as-Sajdah dan ketika sampai pada ayaatsajdahnya yakni ayaat yang ke-15, ia melaksanakan Sujud Sajdah. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِى يَقُولُ : يَا وَيْلَهُ أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ ، وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِىَ النَّارُ »
 Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila anak Adam membaca surah as-Sajdah kemudian ia sujud sajdah (ketika membaca ayaat sajdahnya ayaat ke-15), maka syaitan akan pergi menangis sambil berkata: “Aduh celaka dan sialnya nasibku. Bani Adam diperintah sujud, maka kemudian dia sujud, maka baginya jannah (syurga), sedangkan aku ketika diperintah sujud aku menolak, maka bagiku neraka!”. (Hadits Riwayat Muslim). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar